bila rasaku ini rasamu
sanggupkah engkau
menahan sakitnya
terkhianati cinta yang kau jaga
ya… kira-kira seperti itulah sekelumit lagunya kerispatih. Weits, kayaknya dalem nih…
Lalu… Apakah saya dikhianati? TIDAK. Tentu saja tidak. Siapa yang berani mengkhianati saya, hah?
Jadi, apakah saya yang berkhianat? YA.
Saya telah mengkhianati keluarga saya.
Saya mengkhianati suami saya dengan membiarkannya menyiapkan sendiri makan siangnya, karena saya harus mengajar dari siang sampai maghrib.
Saya mengkhianati anak saya ketika saya memperlihatkan wajah marah padanya karena ia terus berlarian dalam kelas tempat saya mengajar, sementara pada semua murid saya selalu saja tersenyum.
Saya mengkhianati anak saya, ketika saya sibuk dengan murid-murid dan membiarkan anak saya bermain sendiri di pojok kelas.
Lalu dengan apa saya menebusnya? Dengan mainan? Makan-makan? Kata MAAF?
Lihatlah ia..
Yang selalu saja tertawa ceria ketika saya ajak bermain.
Yang selalu saja memeluk saya dan berbisik “Ai loph yu bibeh…”
Yang selalu saja memuji “mmm..enaknya masakannya mama”
Yang walaupun saya marah, ia tetap saja memeluk saya dan berkata “mamaku…” sambil menangis.
Lihatlah wajahnya yang polos itu.
Dan lihatlah betapa jahatnya saya….
Bukankah saya masih memegang teguh prinsip bahwa SAYA ADALAH IBU RUMAH TANGGA. Bahwa tugas utama saya adalah sebagai seorang IBU. Bahwa semua pekerjaan di luar rumah hanyalah sambilan?
Ooohh, jangan sampai semua itu tergeser oleh kata yang paling saya benci: “karir”.
Tak ada karir di luar rumah. Karena rumahku adalah surgaku. Pencapaian tertinggi dalam hidup hanya bisa diraih dari rumah dan keluarga.
Money can buy a house but not a home.
Lalu apa hubungannya dengan lagu kerispatih itu?
Bila rasaku ini rasamu… ya mungkin sebaiknya saya berpikir dengan cara ini.
Bagaimana seandainya saya yang berada pada posisinya? Bagaimana bila saya yang tidak mendapat perhatiannya? Sanggupkah?
anakku… terima kasih untuk setiap detik yang menjadi sangat istimewa karenamu.
apa kata dunia